BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan.
Kualitas pendidikan bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari
berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu.
Apabila dilihat dari tujuan akhir pendidikan nasional
secara umum adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pendidikan dan pembelajaran
yang efisien dan efektif.Banyak faktor yang berpengaruh dalam mencapai tujuan
tersebut. Salah satudiantaranya adalah teknologi yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
Adanya
beberapa teori belajar dalam belajar dan pembelajaran. Salah satunya adalah
teori sibernetik. Teori sibernetik ini adalah teori yang terbaru dari teori-teori
lainnya. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Proses
memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah
system informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Teori
sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal
untuk segala siruasi.karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.
Dengan
teori sibernetik ini dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.
Namun dari kelebihan itu semua, teori sibernetik mempunyai kele-mahan yaitu
kurang memperhatikan akan proses
belajar.
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan
pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun
siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan
baik.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian teori belajar sibernetik?
2. Bagaimana pendapat para tokoh tentang aliran
sibernetik?
3. Bagaimana aplikasi teori belajar sibernetik dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana implikasi teori belajar sibernetik
dalam pembelajaran?
5. Apa saja model yang sesuai dengan teori belajar
sibernetik?
6. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari teori
belajar sibernetik?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian belajar menurut aliran
sibernetik.
2. Mengetahui pendapat para tokoh mengenai aliran
sibernetik.
3. Mengetahui aplikasi teori belajar sibernetik
dalam pembelajaran.
4. Mengetahui implikasi teori belajar sibernetik
dalam pembelajaran.
5. Mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai
dengan teorsii belajar sibernetik.
6. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori belajar
sibernetik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar Menurut Teori Sibernetik
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relative paling baru
dibandingkan dengan teori-teori lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar
adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori
kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori
sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah “system informasi” yang
diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Pendapat lain dari teori sibernetik
ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi,
yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari
seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu
mungkin akan dipelajari siswa yang lain melalui proses belajar yang lain.
Menurut
teori sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi
karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap
proses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage),
dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrieval).
Tahap
sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan
pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses
belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi
yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi,
pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia
merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan
informasi.
Pendekatan
yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti
ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka
panjang (long term memory), dan sebagainya, yang berhubungan
dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Namun,
menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin,
bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan
yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
B. Aliran-aliran
Teori Sibernetik
1. Teori Belajar
Menurut Landa
Landa
merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut
Landa, ada dua macam proses berpikir. Yang pertama disebut proses berpikir alogoritmik yaitu proses berpikir
linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Contohnya kegiatan
menelepon dan menjalankan mesin mobil.
Jenis kedua adalah berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contohnya
operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dll.
Proses belajar akan berjalan dan baik jika materi pelajaran yang
hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori
sibernatik adalah system informasi yang hendak dipelajari) diketahui
ciri-cirinya materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan
yang teratur, linear, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih
tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi kebebasan kepada siswa
untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu
rumus matematika mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang
rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika
biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke
satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas
dan banyak mengandung interpretasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi,
akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar”
atau berpikir heuristik dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu
tidak tunggal, menonton, dogmatic atau linear.
2. Teori Belajar
Menurut Pask dan Scott
Ahli
lain yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott. Menurut
mereka, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara
berpikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang
dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang cenderung
melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Siswa
tipe ini cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian
bergerak yang lebih khusus.
Pendekatan yang berorientasi pada
pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek,
ingatan jangka panjang, dsb yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak
kita dalam proses pengolahan informasi. Namun, menurut teori sibernetik ini,
agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya car kerja otak kita
yang perlu dipahami, tapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itupun
perlu diketahui.
Asumsi di atas direfleksikan ke dalam
suatu model belajar dan pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses
mental dalam belajar yang secara terstruktur membentuk suatu system kegiatan
mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
a. Proses mental dalam belajar terfokus
pda pengetahuan yang bermakna.
b. Proses mental tersebut mampu
menyandi informasi secara bermakna.
c. Proses mental bermuara pada
pengorganisasian dan pengaktualisasian informasi.
C. Aplikasi
Teori Belajar Sibernetik Dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi
termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja
manusia mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu
dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat belajar untuk suatu kapabilitas, apakah
siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada prasyarat belajar
utama yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar pendukung yang dapat
memudahkan siswa.
Dengan
demikian aplikasi teori sibernetik ini dalam kegiatan pembelajaran akan
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan
pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengkaji system informasi yang
terkandung dalam materi pelajaran
4. Menentukan pendekatan belajar
yang sesuai dengan sistem informasi tersebut
5. Menyusun materi pelajaran dalam
urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
6. Menyajikan materi dan membimbing
siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori
kognitiif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak
dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat
pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang
terbatas. Teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas
belajar, 2) peristiwa pembelajaran, dan 3) pengorganisasian/urutan
pembelajaran. Mengenai kapablitas belajar kaitannya dengan unjuk kerja
dirumuskan oleh Gagne sebagai berikut:
No
|
Kapabilitas Belajar
|
Unjuk Kerja
|
1
|
Informasi Verbal
|
Menyatakan Informasi
|
2
|
Keterampilan Intelektual
|
Menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan.
|
- Diskriminasi
|
Membedakan perangsang yang memiliki dimensi fisik yang
berlainan.
|
|
- Konsep konkret
|
Mengidentifikasi contoh-contoh konkret
|
|
- Konsep abstrak
|
Mengklasifikasikan cotoh-contoh dengan mengguankan
ungkapan verbal atau definisi
|
|
- Kaidah
|
Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.
|
|
- Kaidah tingkat lebih tinggi
|
Mengembangkan kaidah baru utuk memecahkan masalah
|
|
3
|
Strategi Kognitif
|
Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah.
Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses beajar dan/atau berpikir
.
|
4
|
Sikap
|
Memilih berprilaku dengan cara tertentu.
|
5
|
Keterampilan Motorik
|
Melakukan gerakan tubuh yang luwes, cekatan, serta dengan
urutan yang benar.
|
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan
belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Proses
internal itu ialah bahwa belajar itu tidak dapat diamati secara langsung,
akan tetapi terlihat pada situasi tertentu. Misalnya, anak murid belajar
matematika tentang bab perkalian pada saat dia belajar pemahamannya akan
perkalian tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi apabila nanti dia
mengerjakan sendiri PR matematika tersebut maka akan dapat diketahui dia biasa
atau tidak mengerjakan soal-soal matematika itu.
D.
Implementasi Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam
implementasinya, teori sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh,
diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasikan pada pemrosesan
informasi yang dikembangkan oleh Berline, Biehler dan Snowman (1986), Baine(1986),
dan Tennyson(1989).
Teori pemrosesan informasi umumnya
berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
1. Bahwa antar stimulus dan respon
terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada masing-masing
tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diproses melalui
tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
3. Salah satu dari tahapan
mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari
ketiga asumsi tersebut dikembangkan teori tentang komponen struktur dan
pengatur alur pemrosesan informasi. Komponen pemrosesan informasi dipilah
menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta
proses terjadinya “lupa”.
Ketiga komponen tersebut yaitu:
1.
Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel
tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi
ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi ini hanya dapat bertahan dlam waktu
yang sangat singkat dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WR)
Working Memory (WM) dapat diartikan
mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki
kapasitas terbatas (informasinya hanya mampu bertahan kuranag lebih 15 detik
tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya. Artinya, agar informasi dapat bertahan dalam WM upayakan
jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.
Long Term Memory (LTM)
Dalam
Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
a. Berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki individu
b. Mempunyai kapasitas tidak
terbatas
c. Sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan terhapus atau hilang.
Persoalan
lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan
kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti jika informasi ditata dengan
baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi
jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di
dalam LTM dalam bentuk prototype, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan
yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengaitkan
pengetahuan. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru yang
telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan.
Sejalan
dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan
pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki
individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di
dalam struktur kognitif secara hirarkis. Ini berarti pengetahuan yang lebih
umum dan abstrak diperoleh dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan baru
yang lebih rinci.
Berpijak
pada kajian diatas, Reigeluth, Bunderson dan Merril (1977) mengembangkan suatu
strategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang
masalah, yaitu: pemilihan (selection),
penataan urutan (sequencing),
rangkuman (summary), dan sintesis (synthesizing).
Ada
tujuh komponen strategis teori elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeluth dan
Stein yang berpijak pada kajian teori tentang pemrosesan informasi, yaitu: 1)
urutan elaborative, 2) urutan persyaratan belajar, 3) rangkuman, 4) sintesis,
5) analogi, 6) pengaktif strategi kognitif, dan 7) control belajar.
Proses
pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang elah disimpan dalam ingatan (retrival).
Berpijak pada kajian
diatas, reigeluth, Bunderson dan Merrill (1977)
mengembangkan
suatu starategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat
biang masalah, yaitu; pemilihan, penataan urutan, rangkuman, dan sintesis.
Menurut mereka:
a. Jika isi mata pelajaran ditata dengan menggunakan urutan dari umum
ke rinci,
maka isi atau materi
pelajaran pada tingkat umum akan memjadi kerangka untuk
mengkaitkan isi-isi lain
yang lebih rinci. Hal ini sesuia dengan struktur
representasi informasi
di dalam LTM, sehingga akan mempermudah proses
penelusuran kembali
inforan dimasi.
b. Jika rangkuman diintegrasikan ke dalam strategi penataan isi atau
materi pelajaran,
maka ia akan berfungsi
menunjukkan kepada siswa (si belajar) informasi mana
yang perlu diberi
perhatian disamping menghemat kapasitas WM.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses
penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi
(storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang
telah dinsimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur
informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis,
dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan
rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Skema dasar sistem
Informasi bias dilihat dibawah ini:
Keluaran (Output)
|
Pengolahan (Processing))
|
Masukan (Input)
|
Penyimpanan
(Storing)
|
Teori
belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses
internal yang mencangkup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa
pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung
proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah:
1. Menarik perhatian
2. Memberitahukan tujuan
pembelajaran kepada siswa
3. Merangsang ingatan pada
prasyarat belajar
4. Menyajiakan bahan rangsangan
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Mendorong untuk kerja
7. Memberikan balikan informative
8. Menilai unjuk kerja
9. Meningkatkan retensi dan alih
belajar
Implementasi dalam belajar, antara lain :
1. Menentukan tujuan instruksional
2. Menentukan materi pelajaran
3. Mengkaji sistem informasi yg
terkandung dlm materi tersbut.
4. Menentukan pendekatan belajar yg
sesuai dg sistem informasi (algoritmik atau heuristik)
5. Menyusun materi pelajaran dlm urutan
yg sesuai dg system informasi
6. Menyajikan materi dan membimbing
siswa belajar
E. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik
Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem informasi. Maka dari itu pemilihan model sebagai
sarana pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi. Contoh : Materi segiempat (SMP kelas
VIII) diajarkan menggunakan model Jigsaw jika karakter peserta didik bisa
bekerja secara mandiri, namun lebih baik menggunakan STAD jika siswanya belum
bisa bekerja secara mandiri.
Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik,
antara lain:
a. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus
berupa kuis atau pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa,
sehingga siswa aktif berfikir. Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan
informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya stimulus
dari guru yang berupa informasi.
b. Model
pembelajaran open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam
Suherman, 2003: 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan
pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata
lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus
digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan
bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan
ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat
tinggi siswa.
Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur
kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui
proses pengolahan informasi.
F.
Keunggulan dan Kelemahan Teori
Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
a.
Keunggulan
Keunggulan strategi pembelajaran
yang berpijak pada teori sibernetik yaitu:
1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih
menonjol
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar
kepada tujuan yang ingin dicapai
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan
yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai
dengan irama masing-masing
individu
7.
Balikan informasi memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan
dengan unjuk kerja yang diharapkan.
b.
Kelemahan
Teori
aliran ini dikritik karena secara tidak langsung membahas tentang proses
belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke
dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pegetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sanagat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar sibernitik merupakan teori belajar
yang paling baru. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi
dan teknik informasi. Menurut teori sibernitik, belajar adalah pengolahan
informasi.
Dalam rancangan pengolah informasi ada
dua bidang yang penting secara khusus bagi belajar. Diantaranya ialah
penyelidikan mengenai proses orang yang memperoleh dan mengingat informasi, dan
penelitian mengenai siasat yang di pakai orang dalam memecahkan masalah.
Asumsi pokok yang mendasari teori –teori
pengolah informasi ialah bahwa memori manusia itu terorganiser dan prosesor
informasi yang aktif. Dalam rancangan pengolah informasi ada dua bidang
yang penting secara khusus bagi belajar. Diantaranya ialah penyelidikan
mengenai proses orang yang memperoleh dan mengingat informasi, dan penelitian
mengenai siasat yang di pakai orang dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian aplikasi teori sibernitik dalam
kegiatan pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan baik
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengkaji system informasi yang terkandung dalam
materi pelajaran
4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan
system informasi tersebut
(apakah algoritmik atau
heuristik).
5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang
sesuai dengan system informasinya
6. Menyajikan materi dan membimbing siswa beajar
dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.
Daftar
Rujukan
Davies, Ivor K. 1986. Pengelolan
Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Gagne, Robert M. 1974. Prinsip-Prinsip
Belajar Untuk Pengajaran. Surabaya: Usaha
Nasional.
Ningsih, Asri Budi. 2005.BelajardanPembelajaran.
Jakarta: PT. RinekaCipta.
http://karom-kingsoka.blogspot.com/2010/01/teoribelajar-sibernitik-dan-html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar