BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setiap
manusia pada hakikatnya adalah pemimpinan dan setiap manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal
mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang
secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan
kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan
mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok, dan
organisasi.
Sebagai
ilustrasi, leader diibaratkan sebagai
sopir bus yang menentukan
arah ke mana bus hendak dibawa. Agar perjalanan bus selamat sampai tujuan,
seorang supir harus memiliki pandangan jauh ke depan (visi). Di dalam suatu
bus, biasanya supir dibantu oleh kernet. Kernet inilah yang disebut manajer.
Jika supir berurusan ke atas atau ke pemilik bis, maka kernet berurusan ke
bawah, misalnya mengisi dan membayar bahan bakar minyak, membersihkan bus,
menyediakan makanan kecil dan menagih biaya perjalanan kepada penumpang.
Penumpang-penumpang ini diibaratkan anggota organisasi, sedangkan bus
diibaratkan sebagai wadah organisasinya.
Dalam
setiap organisasi dapat dipastikan minimal ada seorang yang berperilaku aneh
atau sebagai pembuat kesulitan (trouble
maker) atau orang yang sulit diatur karena setiap pemimpin tidak mungkin
mampu memuaskan semua orang yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, sebagai calon
pemimpin, bersiap-siaplah menghadapi minimal seorang pembuat kesulitan, minimal
seorang pesaing yang sangat ambisi menggantikan
Anda sebagai pemimpin. Jadi, setiap pemimpin minimal memiliki satu musuh atau
lawan untuk memperubatkan posisi sebagai pemimpin.
Kepemimpinan
merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, sampai sekarang
terus dipelajari, dipraktikkan, dan diteliti. Kepemimpinan tidak dapat
dilepaskan dari kekuasaan karena tanpa kekuasaan, pemimpin tidak memiliki
kekuatan yuridis atau kekuatan lain dalam memengaruhi orang lain agar bertindak
seperti yang ia harapkan.
Kepemimpinan
merupakan salah satu topic terpenting dalam mempelajari dan mempraktikkan manajemen
sehingga Gibson, et al. (2003: 17)
menyebutkan fungsi manajemen dengan singkatan POLC, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Alasannya, dengan melalui POLC para pemimpin dapat mengarahkan
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian dengan baik.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa manfaat
adanya kepemimpinan?
2.
Apa
pengertian kepemimpinan?
3.
Apa saja macam-macam
kepemimpinan?
4.
Bagaimana
kerangka perspektif dalam kepemimpinan?
5.
Apa saja
teori-teori kepemimpina klasik dan
modern?
6.
Apa pengertian dari
kekuasaan?
7.
Apa saja tipe-tipe
dari kekuasaan?
8.
Apa saja konsep
kekuasaan dalam kepemimpinan?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui manfaat
adanya kepemimpinan.
2.
Untuk mengetahui pengertian
kepemimpinan.
3.
Untuk mengetahui macam-macam
kepemimpinan.
4.
Untuk mengetahui
kerangka perspektif dalam kepemimpinan.
5.
Untuk mengetahui teori-teori
kepemimpina klasik dan
modern.
6.
Untuk mengetahui pengertian
kekuasaan.
7.
Untuk mengetahui
tipe-tipe dari kekuasaan.
8.
Untuk mengetahui konsep
kekuasaan dalam kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANFAAT
KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan bermanfaat bagi
setiap pemimpin dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pendidikan.
Peranan sebagai pemimpin pendidikan antara lain sebagai personnal, educator,
manager, administrator, supervisor, social, leader, entrepreneur, and
climator’(PEMASSLEC). Sebagai personnal, ia harus memiliki integritas
kepribadian dan akhlak mulia, pengembangan budaya, keteladanan, keinginan yang
kuat dalam pengembangan diri, keterbukaan dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi, kendali diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan, bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpinan pendidikan.
Sebagai educator, ia berperan
merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih,
meneliti dan mengabdi kepada masyarakat khususnya bagi dosen.
Sebagai manager, ia melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Sebagai administrator, ia harus
mampu mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah/madrasah.
Sebagai supervisor, ia merencanakan
supervisi, melaksanakan supervise, dan meninjaklanjuti hasil supervise untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
Sebagai seorang yang social, ia
bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah,berpartisipasi dalam kegiatan social kemasyarakatan, dan
memiliki kepekaan (empati) social terhadap orang dan atau kelompok orang.
Sebagai leader, ia harus mampu
memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/
madrasah secara optimal.
Sebagai enterpreniur, ia harus
kreatif (termasuk inovatif), bekerja keras, etos kerja, ulet (pantang menyerah,
dan naluri kewirausahaan.
Sebagai klimator ia harus mampu
menciptakan iklim sekolah yang kondusif yaitu yang PAKEMB.
Peranan kepala sekolah atau
madrasah adalah sebagai orang yang memiliki kepribadian manajer kewirausahaan
superfiser sosialis (orang yang berjiwa sosial). Perana kepala sekolah atau
madrasah dapat disingkat KEMANAWISUSI.
Sebagai manajer, kepala sekolah
atau madrasah melakukan perencanaan program sekolah, melaksanakan rencana
program sekolah, memimpin sekolah, mengawasi dan mengefaluasi sekolah, membuat
sisitem informasi menejemen sekolah atau madrasah. Sebagai entrepreneur, kepala
sekolah harus kreatif, mampu membaca peluang, berani mengambil resiko dengan
perhitungan yang matang, mampu belajar dari kesalahan, kerja keras, ulet,
hemat, dan mampu memasarkan sekolah/ madrasah agar banyak siswanya. Sebagai
supervisor kepala sekolah atau madrasah harus mampu merencanakan program
supervise akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Sebagai
sosialis, kepala sekolah/ madrasah harus mampu bekerja sama dengan orang lain.
Memiliki simpati dan empati terhadap orang atau kelompok orang lain. Untuk
memainkan peranan tersebut dibutuhkan minimal 5 kompetensi, yaitu kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
B.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN, PEMIMPIN, DAN PIMPINAN
Definisi kepemimpinan menurut
stogdill(1974) ialah:
1. Focus
dari kelompok
2. Menerima
kepribadian seseorang
3. Seni
mempengaruhi perilaku
4. Alat
untuk mempengaruhi perilaku
5. Suatu
tindakan perilaku
6. Bentuk
dari ajakan
7. Bentuk
dari relasi
8. Alat
untuk mencapai tujuan
9. Akibat
dari interaksi
10. Peranan
yang diferensial
11. Pembuat
struktur
Kepemimpinan
menurut surat keputusan badan administrasi kepegawaian negara no.27/KEP/1972
ialah kegiatan untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut selain
sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Kepemimpinan menurut
surat edaran kepala badan administrasi kepegawaian negara n0. 02/SE/1980 ialah
kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk menyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara optimal.
Terry
dan Rue (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam
diri seorang pemimpin.
Sanusi
(1989) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah penyatu paduan dari kemampuan
cita-cita dan semangat kebangsaan dalam mengartur dan mengendaliakn organisasi
atau rumah tangga negara.
Sebagian
besar definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan
menyangkut sebuah proses pengaru sosial.
Semua
definisi kepemimpinan memiliki kesamaan makna. Perbedaan definisi hanyalah
terletak pada penulisan redaksionalnya saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang alain untuk
mencapai tujuan bersama.
Pemimpin
adalah orang – orang yang menentukan tujuan, motivasi, dan tindakan kepada
orang lain.
Berdasarkan
berbagai pendapat tentang kepemimpinan dapat disimpulkan masing – masing
definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya, namun demikian, ada
kesamaannya. Yakni, mengandung makna memengaruhi orang lain untuk berbuat seperti yang pemimpin
kehendaki. Jadi, yang dimaksud dengan kepemimpina adalah ilmu dan seni memengaruhi
orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan.
C.
MACAM
KEPEMIMPINAN
Pemimpin
dapat bersifat formal dapat pula bersifat non formal. Pemimpin formal diangkat
atasannya dengan surat resmi sedangkan nonformal diangkat oleh anggota lainnya
tanpa surat resmi. Esensi kepemimpina seorang pemimpin ialah harus mampu
menjadi contoh atau teladan bagi bawahannya. Tugas pemimpin pendidikan
melaksanakan manajemen pendidikan baik fungsi maupun tugas.
D.
KERANGKA
PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN
Teori
kepemimpinan bisa didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda, Jago (
1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas
dua dimensi, yaitu focus dan pendekatan.
E. TEORI
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
adalah urusan semua orang. Karena setia manusia adalah pemimpin, minimal
memimpin dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori
kepemimpinan terdiri atas teori klasik dan teori modern.
Teori klasik meliputi :
1. Gaya
kepemimpinan model taylor
Cara terbaik
untuk meningkatkan hasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik atau metode
kerja akibatnya manusia dianggap sebagai mesin, manusia untuk menejemn bukan
manajemen untuk manusai.
2. Gaya
kepemimpinan model Mayo
Dalam memimpin
selain mencari teknik atau metode kerja terbaik juga harus memerhatikan
perasaan dan hubungan manusiawi yang baik.
3. Studi
Loa
Penelitian ini
berpengaruh terhadap penelitian peneliatian berikutnya.
4. Studi
Ohio
Kepemimpinan ini
sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.
5. Studi
Michigan
Gaya kepemimipinan ini
berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi.
teori
modern meliputi :
1. Sifat
– sifat
2. Perilaku
3. Situasional
4. Pancasila.
F.
PENGERTIAN KEKUASAAN
Kekuasaan dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai sesuatu dengan cara yang
diinginkan. Kekuasaan tak luput hubungannya dengan organisasi dan kepemimpinan.
Dalam suatu organisasi sebagai wadah yang memiliki struktur, dimana terdapat
seorang pemimpin sebagai atasan dan orang yang dipimpin sebagai bawahannya
pasti terdapat didalamnya kekuasaan serta kepemimpinan. Pada kekuasaan selalu
melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih, karena kekuasaan selalu
melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan
demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki
kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk
dilaksanakan oleh orang lain.
Dalam pengertiannya, kekuasaan
adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih
individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan
satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan.
G.
TIPE KEKUASAAN
Dalam pengertiannya,
kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau
lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah
pertukaran kekuasaan. Ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.
Reward power
Tipe kekuasaan ini
memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi imbalan tugas yang dilakukan
orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu atau situasi yang
memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Pernyataan ini mengandung makna,
bahwa seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan
kepada orang lain.
2.
Coercive power
Kekuasaan yang
bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman
kepada orang lain. Menurut David Lawless, jika tipe kekuasaan yang poersif ini
terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan
balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan
sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3.
Referent power
Tipe kekuasaan ini
didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ dalam arti ketika seseorang
mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti
yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan
mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan
dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
4.
Expert power
Kekuasaa yang
berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa
seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian
dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan
dianggap memiliki expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu,
kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima
jalan pemecahan yang diberikan pimpinan.
5.
Legitimate power
Kekuasaan yang sah
adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu
persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku
orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur
social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh
yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam
organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut
melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
H. KONSEPSI KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN
Dalam
situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke dalam
aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu
organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai,
maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
dapat dianggap sebagai “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam arti sebagai
cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk
menjalankan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain.Atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
perilaku yang konsisten ditunjukkan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika
seseorang berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini
dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal
ataupun menilai kepemimpinan seseorang. Namun demikian, gaya kepemimpinan
seseorang tidaklah bersifat “fixed”. Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin
mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan
gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut, meskipun penyesuaian itu
mungkin hanya bersifat sementara. Pada pihak lain, setiap pemimpin mempunyai
sifat, kebiasaan, temperamen atau watak, dan kepribadian sendiri yang
unik/khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakannya dari orang
lain. Gaya/style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe
kepemimpinannya.
Tipe
kepemimpinan seseorang menurut Sondang P Siagian (1994: 27-45) dapat dianalisis
dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan:
Ø
Persepsi seorang pemimpin tentang peranannya selaku pemimpin
Ø Nilai-nilai yang dianut
Ø Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi
Ø Perilaku dalam memimpin
Ø Gaya kepemimpinan yang dominant
Ø Nilai-nilai yang dianut
Ø Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi
Ø Perilaku dalam memimpin
Ø Gaya kepemimpinan yang dominant
Prinsip
pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang
dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip
kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar
dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (Richard Beckhard,
1995:125-126).
Keberhasilan
seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah
satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan
kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya.
Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin
dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke
arah pencapaian tujuan organisasi.
Konsepsi
mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan
kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai
kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral
sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).
Konsepsi
mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi
antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power”
(kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari
peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi
disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin
– pengikut. Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol
terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap
informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian
dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari
seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda,
Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang
pemimpin dapat berasal dari
a.
Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
b. Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
c. Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
d. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
b. Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
c. Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
d. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Kekuasaan
merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan
tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan
bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi.
Teori tersebut adalah
* Social Exchange
Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses
mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin
dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
* Strategic
Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi
tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi
unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para
pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu
tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan
kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat
organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position
power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya
daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power. Sejarah
telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu
kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut.
Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup
akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi
dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk
mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang
optimal akan bervariasi tergantung situasi.
Sedangkan
dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya
tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada
akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.
I. PENGARUH KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN
Sebagai
esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan
penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar
mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika
kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan
itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara
kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan
proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga
akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Jenis-jenis spesifik
perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi
pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Sejumlah studi telah
mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut
sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
*
Persuasi Rasional:
Pemimpin
menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut
bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.
*
Permintaan Inspirasional:
Pemimpin
membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada
nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya
diri dari pengikut.
*
Konsultasi:
Pemimpin
mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau
perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin
bersedia memodifikasi usulan untuk menanggapi perhatian dan saran dari
pengikut.
*
Menjilat:
Pemimpin
menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu
agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran
yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
*
Permintaan Pribadi:
Pemimpin
menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya
ketika meminta sesuatu.
*
Pertukaran:
Pemimpin
menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk
membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila
pengikut membantu pencapaian tugas.
* Taktik
Koalisi:
Pemimpin
mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut agar melakukan
sesuatu atau menggunakan dukungan orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut
untuk juga menyetujuinya.
* Taktik
Mengesahkan:
Pemimpin
mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan atau
hak untuk membuatnya atau dengan membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten
dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
*
Menekan:
Pemimpin
menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau
peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa
yang diinginkan.
Pilihan
mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position power dan personal
power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi
tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi
sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun
perlawanan. Hasil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik
terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya
tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang
dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi
dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemimpin dapat bersifat formal
dapat pula bersifat non formal. Pemimpin formal diangkat atasannya dengan surat
resmi sedangkan nonformal diangkat oleh anggota lainnya tanpa surat resmi.
Esensi kepemimpina seorang pemimpin ialah harus mampu menjadi contoh atau
teladan bagi bawahannya. Tugas pemimpin pendidikan melaksanakan manajemen
pendidikan baik fungsi maupun tugas. Teori
kepemimpinan bisa didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda, Jago (
1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas
dua dimensi, yaitu focus dan pendekatan. Kepemimpinan
adalah urusan semua orang. Karena setia manusia adalah pemimpin, minimal
memimpin dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori
kepemimpinan terdiri atas teori klasik dan teori modern.
Kekuasaan
adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih
individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan
satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan.
Konsepsi
mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan
kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai
kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral
sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan. Sebagai esensi dari
kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan
penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar
mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika
kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan
itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara
kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan
proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga
akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
DAFTAR RUJUKAN
Pace, R.Wayne. 1998.
Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan(alih bahasa). Bandung: Rosda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar