Senin, 29 April 2013

Kekuasaan Dalam Kepemimpinan Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpinan dan setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok, dan organisasi.
Sebagai ilustrasi, leader diibaratkan sebagai sopir bus yang menentukan arah ke mana bus hendak dibawa. Agar perjalanan bus selamat sampai tujuan, seorang supir harus memiliki pandangan jauh ke depan (visi). Di dalam suatu bus, biasanya supir dibantu oleh kernet. Kernet inilah yang disebut manajer. Jika supir berurusan ke atas atau ke pemilik bis, maka kernet berurusan ke bawah, misalnya mengisi dan membayar bahan bakar minyak, membersihkan bus, menyediakan makanan kecil dan menagih biaya perjalanan kepada penumpang. Penumpang-penumpang ini diibaratkan anggota organisasi, sedangkan bus diibaratkan sebagai wadah organisasinya.
Dalam setiap organisasi dapat dipastikan minimal ada seorang yang berperilaku aneh atau sebagai pembuat kesulitan (trouble maker) atau orang yang sulit diatur karena setiap pemimpin tidak mungkin mampu memuaskan semua orang yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, sebagai calon pemimpin, bersiap-siaplah menghadapi minimal seorang pembuat kesulitan, minimal seorang pesaing yang sangat ambisi  menggantikan Anda sebagai pemimpin. Jadi, setiap pemimpin minimal memiliki satu musuh atau lawan untuk memperubatkan posisi sebagai pemimpin.
Kepemimpinan merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, sampai sekarang terus dipelajari, dipraktikkan, dan diteliti. Kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari kekuasaan karena tanpa kekuasaan, pemimpin tidak memiliki kekuatan yuridis atau kekuatan lain dalam memengaruhi orang lain agar bertindak seperti yang ia harapkan.
Kepemimpinan merupakan salah satu topic terpenting dalam mempelajari dan mempraktikkan manajemen sehingga Gibson, et al. (2003: 17) menyebutkan fungsi manajemen dengan singkatan POLC, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Alasannya, dengan melalui POLC para pemimpin dapat mengarahkan perencanaan,  pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian dengan baik.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa manfaat adanya kepemimpinan?
2.    Apa pengertian kepemimpinan?
3.    Apa saja macam-macam kepemimpinan?
4.    Bagaimana kerangka perspektif  dalam kepemimpinan?
5.    Apa saja teori-teori kepemimpina klasik dan modern?
6.    Apa pengertian dari kekuasaan?
7.    Apa saja tipe-tipe dari kekuasaan?
8.    Apa saja konsep kekuasaan dalam kepemimpinan?

C.  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui manfaat adanya kepemimpinan.
2.    Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
3.    Untuk mengetahui macam-macam kepemimpinan.
4.    Untuk mengetahui kerangka perspektif  dalam kepemimpinan.
5.    Untuk mengetahui teori-teori kepemimpina klasik dan modern.
6.    Untuk mengetahui pengertian kekuasaan.
7.    Untuk mengetahui tipe-tipe dari kekuasaan.
8.    Untuk mengetahui konsep kekuasaan dalam kepemimpinan.








BAB II
PEMBAHASAN


A.  MANFAAT KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan bermanfaat bagi setiap pemimpin dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pendidikan. Peranan sebagai pemimpin pendidikan antara lain sebagai personnal, educator, manager, administrator, supervisor, social, leader, entrepreneur, and climator’(PEMASSLEC). Sebagai personnal, ia harus memiliki integritas kepribadian dan akhlak mulia, pengembangan budaya, keteladanan, keinginan yang kuat dalam pengembangan diri, keterbukaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, kendali diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan, bakat dan minat jabatan sebagai pemimpinan pendidikan.
Sebagai educator, ia berperan merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat khususnya bagi dosen.
Sebagai manager, ia melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Sebagai administrator, ia harus mampu mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
Sebagai supervisor, ia merencanakan supervisi, melaksanakan supervise, dan meninjaklanjuti hasil supervise untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Sebagai seorang yang social, ia bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah,berpartisipasi dalam kegiatan social kemasyarakatan, dan memiliki kepekaan (empati) social terhadap orang dan atau kelompok orang.
Sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
Sebagai enterpreniur, ia harus kreatif (termasuk inovatif), bekerja keras, etos kerja, ulet (pantang menyerah, dan naluri kewirausahaan.
Sebagai klimator ia harus mampu menciptakan iklim sekolah yang kondusif yaitu yang PAKEMB.
Peranan kepala sekolah atau madrasah adalah sebagai orang yang memiliki kepribadian manajer kewirausahaan superfiser sosialis (orang yang berjiwa sosial). Perana kepala sekolah atau madrasah dapat disingkat KEMANAWISUSI.
Sebagai manajer, kepala sekolah atau madrasah melakukan perencanaan program sekolah, melaksanakan rencana program sekolah, memimpin sekolah, mengawasi dan mengefaluasi sekolah, membuat sisitem informasi menejemen sekolah atau madrasah. Sebagai entrepreneur, kepala sekolah harus kreatif, mampu membaca peluang, berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang, mampu belajar dari kesalahan, kerja keras, ulet, hemat, dan mampu memasarkan sekolah/ madrasah agar banyak siswanya. Sebagai supervisor kepala sekolah atau madrasah harus mampu merencanakan program supervise akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Sebagai sosialis, kepala sekolah/ madrasah harus mampu bekerja sama dengan orang lain. Memiliki simpati dan empati terhadap orang atau kelompok orang lain. Untuk memainkan peranan tersebut dibutuhkan minimal 5 kompetensi, yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

B.  PENGERTIAN KEPEMIMPINAN, PEMIMPIN, DAN PIMPINAN
Definisi kepemimpinan menurut stogdill(1974) ialah:
1.      Focus dari kelompok
2.      Menerima kepribadian seseorang
3.      Seni mempengaruhi perilaku
4.      Alat untuk mempengaruhi perilaku
5.      Suatu tindakan perilaku
6.      Bentuk dari ajakan
7.      Bentuk dari relasi
8.      Alat untuk mencapai tujuan
9.      Akibat dari interaksi
10.  Peranan yang diferensial
11.  Pembuat struktur
Kepemimpinan menurut surat keputusan badan administrasi kepegawaian negara no.27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut selain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Kepemimpinan menurut surat edaran kepala badan administrasi kepegawaian negara n0. 02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.
Terry dan Rue (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin.
Sanusi (1989) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah penyatu paduan dari kemampuan cita-cita dan semangat kebangsaan dalam mengartur dan mengendaliakn organisasi atau rumah tangga negara.
Sebagian besar definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaru sosial.
Semua definisi kepemimpinan memiliki kesamaan makna. Perbedaan definisi hanyalah terletak pada penulisan redaksionalnya saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang alain untuk mencapai tujuan bersama.
Pemimpin adalah orang – orang yang menentukan tujuan, motivasi, dan tindakan kepada orang lain.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang kepemimpinan dapat disimpulkan masing – masing definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya, namun demikian, ada kesamaannya. Yakni, mengandung makna memengaruhi orang lain  untuk berbuat seperti yang pemimpin kehendaki. Jadi, yang dimaksud dengan kepemimpina adalah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan.

C.  MACAM KEPEMIMPINAN
Pemimpin dapat bersifat formal dapat pula bersifat non formal. Pemimpin formal diangkat atasannya dengan surat resmi sedangkan nonformal diangkat oleh anggota lainnya tanpa surat resmi. Esensi kepemimpina seorang pemimpin ialah harus mampu menjadi contoh atau teladan bagi bawahannya. Tugas pemimpin pendidikan melaksanakan manajemen pendidikan baik fungsi maupun tugas.



D.  KERANGKA PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan bisa didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda, Jago ( 1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas dua dimensi, yaitu focus dan pendekatan. 

E.   TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah urusan semua orang. Karena setia manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori kepemimpinan terdiri atas teori klasik dan teori modern.
 Teori klasik meliputi :
1.      Gaya kepemimpinan model taylor
Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik atau metode kerja akibatnya manusia dianggap sebagai mesin, manusia untuk menejemn bukan manajemen untuk manusai.
2.      Gaya kepemimpinan model Mayo
Dalam memimpin selain mencari teknik atau metode kerja terbaik juga harus memerhatikan perasaan dan hubungan manusiawi yang baik.
3.      Studi Loa
Penelitian ini berpengaruh terhadap penelitian peneliatian berikutnya.
4.      Studi Ohio
Kepemimpinan ini sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.
5.      Studi Michigan
Gaya kepemimipinan ini berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi.
teori modern meliputi :
1.      Sifat – sifat
2.      Perilaku
3.      Situasional
4.      Pancasila.


F.   PENGERTIAN KEKUASAAN
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Kekuasaan tak luput hubungannya dengan organisasi dan kepemimpinan. Dalam suatu organisasi sebagai wadah yang memiliki struktur, dimana terdapat seorang pemimpin sebagai atasan dan orang yang dipimpin sebagai bawahannya pasti terdapat didalamnya kekuasaan serta kepemimpinan. Pada kekuasaan selalu melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih, karena kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain.
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

G. TIPE KEKUASAAN
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.      Reward power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi imbalan tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.
2.      Coercive power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Menurut David Lawless, jika tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
3.      Referent power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
4.      Expert power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan.
5.      Legitimate power
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.

H.  KONSEPSI KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN
Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan dapat dianggap sebagai “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam arti sebagai cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.Atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang konsisten ditunjukkan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika seseorang berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal ataupun menilai kepemimpinan seseorang. Namun demikian, gaya kepemimpinan seseorang tidaklah bersifat “fixed”. Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut, meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara. Pada pihak lain, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen atau watak, dan kepribadian sendiri yang unik/khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakannya dari orang lain. Gaya/style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.
Tipe kepemimpinan seseorang menurut Sondang P Siagian (1994: 27-45) dapat dianalisis dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan:
Ø Persepsi seorang pemimpin tentang peranannya selaku pemimpin
Ø Nilai-nilai yang dianut
Ø Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi
Ø Perilaku dalam memimpin
Ø Gaya kepemimpinan yang dominant

Prinsip pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (Richard Beckhard, 1995:125-126).
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut. Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari
a. Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
b. Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
c. Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
d. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah
* Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
* Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power. Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung situasi.
Sedangkan dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.

I.     PENGARUH KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan.  Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
* Persuasi Rasional:
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.
* Permintaan Inspirasional:
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.
* Konsultasi:
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk menanggapi perhatian dan saran dari pengikut.
* Menjilat:
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
* Permintaan Pribadi:
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
* Pertukaran:
Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.
* Taktik Koalisi:
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya.
* Taktik Mengesahkan:
Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya atau dengan membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
* Menekan:
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan.
Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position power dan personal power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.


























BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Pemimpin dapat bersifat formal dapat pula bersifat non formal. Pemimpin formal diangkat atasannya dengan surat resmi sedangkan nonformal diangkat oleh anggota lainnya tanpa surat resmi. Esensi kepemimpina seorang pemimpin ialah harus mampu menjadi contoh atau teladan bagi bawahannya. Tugas pemimpin pendidikan melaksanakan manajemen pendidikan baik fungsi maupun tugas.  Teori kepemimpinan bisa didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda, Jago ( 1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas dua dimensi, yaitu focus dan pendekatan. Kepemimpinan adalah urusan semua orang. Karena setia manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori kepemimpinan terdiri atas teori klasik dan teori modern.
Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan. Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.




DAFTAR RUJUKAN
Pace, R.Wayne. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan(alih bahasa). Bandung: Rosda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar