LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian Disiplin Kerja
Secara etimologis
disiplin berasal dari bahasa inggris “ disciple” yang
berarti pengikut atau
penganut pengajaran. Latihan dan sebagainya. Dispilin merupakan suatu keadaan
tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah
segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah
ditetapkannya.
Menurut Soegeng
Pridjominto, (1993:15) mengemukakan :Disiplin
adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban”.
Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan
bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya
akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.
Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupanya.
Sikap dan perilaku yang
demikian tercipta melalui proses binaan melalui
keluarga, pendidikan,
dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin
akan membuat dirinya tahu mebedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan yang
wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena
merupakan hal-hal yang dilarang).
Soegeng Prijodarminto.
(1993:16) berpendapat “Displin berbagi pada
tiga
aspek yaitu sikap mental, pemahaman, dan sikap kelaukuan, diuraikan
sebagai
berikut:
1. Sikap
mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran pikiran dan pengendalian
watak;
2. Pemahaman
yang baik mengebai system aturan perilaku , norma, kriteria, dan standar yang
sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang
mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan, norma, criteria dan
standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3. Sikap
kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati segala
hal secara cermat dan tertib.
Dalam sebuah
organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai
untuk mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan. Dan seorang
pemimpin memerlukan lat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawannya
mengenai tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para
pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan merupakan
alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Veitzzal rivai (2004:44) yang
menyebutkan bahwa :
“Disiplin kerja adalah
suatu alat yang digunakan para
manajer untuk mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu
upaya untuk meingkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma social yang berlaku”.
Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Hadad Nawawi (1998:104), menyatakan bahwa
“Disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar
pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok dapat dihindari.
Menurut
Malayu S.P Hasibuan (1996:212) bahwa “Kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraruran perusahaan dan norma-norma yang
berlaku”.
Definisi
lainnya diungkapkan dalam Websters New Dictionary (Oteng Sutisna, 1989:110)
yang menyatakan bahwa disiplin adalah :
a. Latihan
yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau keadaan serta teratir dan
efisiensi;
b. Hasil
latihan serupa ; pengendalian diri; perilaku yang tertib;
c. Penerimaan
atau ketundukan pada kekuasaan dan control;
d. Perlakuann
yang menghukum atau memperbaiki;
e. Suatu
cabang ilmu pengetahuan.
Disiplin merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi suatu
organisasi atau
perusahaan dan mempertahankan atau melangsungkan kehidupannya. Hal ini
disebabkan hanya dengan disiplin yang tinggi suatu organisasi dapat berprestasi
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjaja (1986:29), sebagai berikut :
“Dengan perkataan lain disiplin adalah unsure yang penting yang mempengaruhi
prestasi dalam organisasi. Tidak ada organisasi yang berprestasi lebih tinggi
tanpa melaksanakan disiplin dalam derajat yang lebih tinggi.
Dari
uraian tersebut, dapat dikemukakan displin dalah suatu alat atau sarana bagi
suatu organisasi untuk mempertahankan
eksistensinya. Hal ini dikarenakan dengan disiplin yang tinggi, maka para
pegawai atau bawahan akan mentaati semua peraturan-peraturan yang ada sehinggga
pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentutukan.
B.
Pentingnya
Disiplin
Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang
telah
ditetapkan, perlu adanya disiplin
kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Malayu S.P Hasibuan (1996:212)
mengemukan bahwa, “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya:. Karena hal ini akan
mendorong gairah atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan
organisasi.
Semangat
atau moril (morale) adalah suatu istilah yang banyak dipergunakan tanpa adanya suatu perumusan yang seksama. Semangat menggambarkan suatu perasaan, agak
berhubungan dengan tabiat (jiwa), semangat kelompok, kegembiraan atau kegiatan.
Untuk kelompok pekerja, penggunaan yang sudah lazim menyatakan bahwab semangat
menunjukkan iklim dan suasana pekerjaan. Dalam Buku Municipal Personnel
Administration: “ Morale is an individual or group attitude toward work and
environment” ( Semangat adalah sikap individu atau kelompok terhadap pekerjaan
dan lingkungan kerjanya). Pegawai-pegawai dengan semangat yang tinggi merasa
bahwa mereka diikutsertakan tujuan organisasi patut diberi perhatian dan bahwa
usaha-usaha mereka dikenal dan dihargai. Pegawai-pegawai dengan semangat yang
tinggi memberikan sikap yang positif, seperti kesetiaan, kegembiraan,
kerjasama, kebanggaan dalam Dinas dan ketaatan kepada kewajiban. Produktivitas
dan efisiensi yang tinggi cenderung merupakan akibat sikap-sikap dan
tindakan-tindakan demikian. Sikap dan tindakan itu diantaranya disiplin.
Disiplin termasuk dalam sikap mental pegawai. Yang dimaksud dalam sikap mental
adalah sikap terhadap kerja itu sendiri, terhadap bekerja dalam industri,
terhadap perlunya menghasilkan produk bermutu, terhadap pelayanan prima kepada
pelangan dan akhirnya terhadap integritas moral dan reputasi.
Kedisiplinan
harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil
yang baik, maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuanya. Jadi dapatlah
dikatakan bahwa kedisplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
C.
Fungsi
Disiplin Kerja
Disiplin kerja
sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi
persyaratan bagi
pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisplin yang akan membuat
para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan
menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.
Pendapatan
tersebut dipertegas oleh peryataan tulus tu’u (2004:38) yang mengemukakan
beberapa fungsi disiplin antara lain :
a. Menata
kehidupan bersama
b. Membangun
kepribadian
c. Melatih
kepribadian
d. Pemaksaan
e. Hukuman
f. Menciptakan
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama,
dalam suatu kelompok
tertentu
atau dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu
satu dengan individu lain menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin juga dapat membangun
kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki disiplin yang baik, sangat
berpengaruh kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan
yang tenang, tertib dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian
yang baik.
Disiplin merupakan sarana untuk
melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukkan kinerja yang baik
sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak berbentuk
dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melaui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama
dilaksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan selurih personil yang ada
dalam organisasi tersebut.
Disiplin berfungsi sebagai pemaksaan
kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan
tersebut dengan pemaksaan, pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat
menyadarkan bahwa diplin itu penting.
Pada awalnya mungkin disiplin itu
penting karena suatu pemaksaan namun karena adanya pembiasaan dan proses
latihan yang terus-menerus maka disiplin dilakukan atas kesadaran dalam diri
sendiiri dan diraskan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Diharapkan untuk
dikemudian hari, disiplin ini meningkat menjadi kebiasaan berfikir baik,
positif bermakna dan memandang jauh kedepan disiplin bukan hanya soal mengikuti
dan mentaati peraturan, melainkan sudah
meningkat menjadi kebiasaan berfikir baik, positif bermakna dan memandang jauh
kedepan disiplin bukan hanya soal mengikuti dan mentaati peraturan, melainkan
sudah meningkat menjadi disiplin
berfikir yang mengatur dan mempengaruhi
seluruh aspek kehidupannya.
Disiplin yang disertai ancaman
sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberikan dorongan kekuatan
untuk mentaati dan mematuhinya tanpa ancaman, sanksi atau hukuman, dorongan
ketaatan dan kepatuhan dapat menjdai lemah serta motivasi untuk mengikuti
aturan yang berlaku menjadi kurang.
Maka dari itu fungsi disiplin kerja
adalah sebagai pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin
didalam lingkungan di tempat seseorang itu berada, termasuk lingkungan kerja
sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan.
Menurut T. Hani Handoko (1994:208) “ Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk
menjalankan standar-standar organisasi nasional”.
Dari pendapat beberapa ahli dapat
disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi
perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan atuapun ketentuan yang
harus dipatuhi oleh sitiap pegawai tanpa kecuali.
D.
Prinsip-Prinsip
Disiplin Kerja
Untuk
mengkondisikan karyawan perusahaan agar senantiasa bersikap
disiplin,
maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan sebagai berikut :
1. Pendisiplinan
dilakukan secara pribadi.
2. Pendisiplinan
harus bersifat membangun.
3. Pendisiplinan
haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera.
4. Keadilan
dalam pendisiplinan sangat diperlukan.
5. Pimpinan
hendaknya tidak seharusnya memberikan pendisiplinan
6. pada
waktu bawahan sedang absen.
7. Setelah
pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.
E.
Macam-macam Disiplin Kerja
a.
Disiplin Diri
Menurut
Jasin (1996:35) adalah disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri
sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab
pribadi yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar
dirinya. Melalui disiplin diri karyawan-karyawan merasa bertanggung jawab dan
dapat mengatur dirinya sendiri untuk kepentingan organisasi.
Penanaman
nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila didukung oleh
situasi lingkungan yang kondusif yaitu
situasi yang diwarnai perlakuan yang konsisten dari karyawan dan pimpinan.
Disiplin diri sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui
disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga
menghargai orang lain. Misalnya jika pegawai mengerjakan tugas dan wewenang
tanpa pengawasan atasan, pada dasarnya pegawai telah sadar melaksanakan
tanggung jawab yang telah dipikulnya. Hal itu berarti pegawai mampu
melaksanakan tugasnya. Pada dasarnya ia menghargai potensi dan kemampuannya. Di
sisi lain, bagi rekan sejawat, dengan diterapkan disiplin diri akan
memperlancar kegiatan yang bersifat kelompok, apalagi jika tugas kelompok
tersebut terkait dalam dimensi waktu, dimana suatu proses kerja yang
dipengaruhi urutan waktu pengerjaannya. Ketidakdisiplinan dalam suatu bidang
kerja akan menghambat bidang kerja lain.
b. Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah
kegiatan yang bersifat individu selain disiplin diri masih diperlukan disiplin
kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disiplin kelompok adalah patut,
taat dan tunduknya kelompok terhadap peraturan, perintah dan ketentuan yang
berlaku serta mampu mengendalikan diri dari dorongan kepentingan dalam upaya
pencapaian cita-cita dan tujuan tertentu serta memelihara stabilitas organisasi
dan menjalankan standar-standar organisasional.
Disiplin kelompok akan tercapai jika
disiplin diri telah tumbuh dalam diri pegawai. Artinya kelompok akan
menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok akan
memberikan andil sesuai hak dan tanggung jawabnya. Selain itu disiplin kelompok
juga memberikan andil bagi pengembangan disiplin diri bagi pengembangan
disiplin diri. Misalnya, jika budaya atau iklim dalam organisasi tersebut
merupakan disiplin kerja yang tinggi, maka mau tidak mau pegawai akan membiasakan
dirinya mengikuti irama kerja pegawai lainnya. Pegawai dibiasakan bertindak
dengan cara berdisiplin. Kebiasaan bertindak disiplin ini merupakan awal
terbentuknya kesadaran. Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok
seperti dua sisi dari satu mata uang. Kedua mata uang, keduanya saling
melengkapi dan manunjang, dan bersifat komplementer. Disiplin diri tidak dapat
dikembangkan secara optimal tanpa dukungan disiplin kelompok, sebaliknya
disiplin kelompok tidak dapat ditegakan tanpa adanya dukungan disiplin pribadi.
c.
Disiplin Preventif
Disiplin
preventif adalah disiplin yang ditujukan untuk mendorong
pegawai agar berdisplin diri dengan
mentaati dan mengikuti berbagai standar dan peraturan yang telah
ditetapkan. Menurut T. Hani Handoko Disiplin preventif adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standard an
aturan sehingga penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah.
Dengan demikian disiplin preventif merupakan
suatu upaya yang
dilakukan oleh organisasi untuk
menciptakan suatu sikap dan iklim organisasi dimana semua anggota organisasi
dapat menjalankan dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan atas kemauan
sendiri. Adapun fungsi dari disiplin preventif adalah untuk mendorong disiplin
diri para pegawai sehingga mereka dapat menjaga sikap disiplin mereka bukan
karena paksaan.
d.
Disiplin Korektif
Disiplin korektif merupakan disiplin
yang dimaksudkan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang
berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Prabu Mangkunegara bahwa Disiplin korektif adalah suatu
upaya untuk menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan
mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku
dalam perusahaan.
Berdasarkan pertanyaan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa disiplin korektif merupakan suatu upaya untuk
memperbaiki dan menindak pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap aturan
yang berlaku. Dengan kata lain sasaran disiplin korektif adalah para pegawai
yang melanggar aturan dan diberi sanksi yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
Disiplin korektif ini dilakukan untuk memperbaiki pelanggaran dan mencegah
pegawai yang lain melakukan perbuatan yang serupa dan mencegah tidak adanya lagi pelanggaran dikemudian
hari.
e. Disiplin Progresif
Disiplin
progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat
terhadp pelanggaran yang berulang.
Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan
korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebuh serius. Dilaksanakan disiplin
progresif ini akan memungkinkan manajemen untuk membantu pegawai memperbaiki
kesalahan. Seperti yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai bahwa Disiplin
progresif dirancang untuk memotivasi
karyawan agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela. Contoh dari disiplin
progresif adalah teguran secara lisan oleh atasan, skorsing pekerjaan,
diturunkan pangkat atau dipecat.
F.
Pendekatan
Disiplin Kerja
1.
Pendekatan
Disiplin Modern
Yaitu
mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru diluar
hukuman. Pendekatan
disiplin modern berasumsi bahwa disiplin modern merupakan suatu cara
menghindarkan bentuk hukuman secara fisik melindungi tuduhan yang benar untuk
diteruskan pada proses hokum yang berlaku, keputusan-keputusan yang semaunya
terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses
penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya, serta melakukan protes terhadap
keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin.
2.
Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman.
Pendekatan ini berasumsi bahwa disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan,
dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan, disiplin adalah
hukuman untuk pelanggaran pelaksanaanya harus disesuaikan dengan tingkat
pelanggarannya, pengaruh hukumna untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar
maupun kepada karyawan lainnya, peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan
hukuman yang lebih keras, serta pemberian hukuman terhadap karyawan yang
melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang berat.
3.
Pendekatan Disiplin Tujuan.
Adanya pendekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi bahwa disiplin kerja harus dapat diterima dan
pahami oelh semua karyawan, disiplin bukanlah suatu hukuman tetapi merupakan
pembentukan perilaku, serta bertujuan agar karyawan jawab terhadap
perbuatannya.
F.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Pada
dasarnya factor yang mempengaruhi disiplin kerja berasal dari dua factor, yaitu
factor intrinsic dan factor ekstrinsik. Fadila Helmi (1996:37) merumuskan
factor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menjadi dua factor, yaitu factor
kepribadian dan factor lingkungan.
a.
Faktor
Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah
system nilai yang dianut. Sistem nilai yang dianut ini berkaitan langsung
dengan disiplin. System nilai akan terlihat dari sikap seseorang, dimana sikap
ini diharapkan akan tersermin dlaam perilaku. Menurut kelman (1996:35)
perubahan sikap mental dalam perilaku terdapat tiga tingakan yaitu disiplin
karena identifikasi, dan disiplin karena internalisasi.
1) Disiplin karena
kepatuhan
Kepatuhan
terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar
perasaan takut. Displin kerja dalam tingkatan
ini dilakukan semata untuk mendaptkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan
yang memilki wewenang. Sebaliknya, jika pengawas tidak ada di tempat disiplin
kerja tidak akan tampak. Contohnya seorang pengendara motor akan memakai helm
jika ada polisi saja.
2) Disiplin Karena
Identifikasi
Kepatuhan terhadap aturan-aturan didasarkan pada
identifikasi adanya perasaan kekaguman pengahargaan pada pimpinan. Pemimpin
yang kharismatik adalah figure yang dihormati, dihargai dan sebagai pusat
identifikasi. Karyawan yang menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan
organisasi bukan disebakan pada atasnya disebakan karena kualitas
profesionalnya yang tinggi dibidangnya, jika pusat identifikasi ini tidak ada
maka disiplin kerja akan memurun, pelanggaran meningkatkan frekuensinya.
3) Disiplin Karena
Internalisasi
Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karyawan punya
system nilai pribadi yang menujukkan tinggi nilai-nilai kedisplinan. Dalam
taraf ini, orang dikategorikan mempunyai disiplin diri. Misalnya: walaupun
tidak ada polisi namun pengguna motor tetap memakai helm dan membawa sim.
b.
Faktor
Lingkungan
Disiplin
seseorang merupakan produk sosialisasi hasil interaksi dengan
lingkungan, terutama
lingkungan social. Oleh karena itu pembentukan disiplin tunduk pada
kaidah-kaidah proses belajar. Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu
saja tapi merupakan suatu proses belajar terus-menerus. Proses pembelajaran
agar efektof maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan
prinsip-prinsip konsisisten adil bersikap positif dan terbuka. Konsisten adalah
memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke waktu. Sekali aturan yang
telah disepakati dilanggar, maka rusaklah system aturan tersebut. Adil dalam
hal ini adlaah memperlakukan seluruh aryawan dengan tidak membeda-bedakan.
Upaya
menanamkan disiplin pada dasarnya adalah menanmkan nilai-nilai
oleh karenanya
komnukiasi terbuka adalah kuncinya. Dalam hal ini transparan mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan termasuk di dalamnya sangsi dan hadiah apabila
karyawan memerlukan konsultasi terutama jika aturan aturan dirasa tidak
memuaskan karyawan.
Selain factor kepemimpinan, gaji kesejahteraan dan sisten
penghargaan yang lainnya merupakan factor yang tidak boleh dilupakan. Gaji
kesejahteraan dan system penghargaan akan memberikan motivasi kerja yang tinggi
pada karyawan sehingga akan berdampak pada perilaku disiplin kerja karyawan.
Sedangkan Malayu S.P Hasibua (2006;214)
mengemukakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja antara lain:
1. Tujuan dan kemampuan
2. teladan pimpinan
3. Balas jasa
4. Keadilan
5. Pengawasan melekat
6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan.
Tujuan dan
kemapuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan ideal serta cukup menantang bagi kemampuan
karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(Pekerjaan) yang di bebankan kepada seorang karyawa harus sesuai dengan
kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar ia bekerja sungguh-sungguh dan
disiplin dalam mengerjakanny. Tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya
atau pekerjaan itu di bawaha kemampuannya, maka kesungguhan kedisiplinan
karyawan ini rendah.
G.
Indikator disiplin kerja
Disiplin kerja adalah sikap mental atau keadaan seseorang
atau kelompok
organisasi dimana ia
berniat untuk patuh, taat dan tunduk
terhadap peraturan, perintah, dan ketentuan yang berlaku serta mampu
mengendalikan diri dari dorongan
kepentingan dalam upaya pencapaian cita-cita dan tujuan tertentu serta
memelihara stabilitas organisasi dan menjalankan standar-standar
organisasional.
Pada
dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan
suatu organisasi, di antaranya :
a. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas
dan ditetapkan secara ideal serta
cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai
dengan
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja
sungguh-sumgguh
dan disiplin dalam mengerjakannya.
b. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan
dalam menentukan kedisiplinan
karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya.
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan
bawahan
pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
(kurang
berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
c. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan)
ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
karyawan
terhadap perusahaan/ pekerjaannya. Jika kecintaan
karyawan
semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan
semakin
baik pula.
d. Keadilan
Keadilan yang dijadikan dasar
kebijaksanaan dalam pemberian balas
jasa
(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan
karyawan yang baik.
e. Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan melekat adalah tindakan
nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan
kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti
atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,
sikap, gairah kerja,
dan prestasi kerja bawahannya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik
karakteristik disiplin kerja sebagai berikut:
1. Disiplin kerja tidak
semata-mata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja, misalnya datang dan
pulang sesuai tidak mangkir saat bekerja.
2. Upaya dalam mentaati
peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut, atau terpaksa.
3. Komitmen dan loyal
pada organisasi yaitu tercrmin dari bagaimana sikap dalam bekerja.
Dede Hasan (2002:66) merumuskan indikator disiplin kerja
adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan dan
menyelesaikan tugas pada waktunya
2. Bekerja dengan penuh
kreatif dan inisiatif.
3. Bekerja dengan
jujur, penuh semangat dan tanggung jawab.
4. Datang dan pulang
tepat pada waktunya.
5. Bertingkah laku
sopan.
Karyawan yang
mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan merasa riskan
meninggalkan pekerjaan jika belum selsai, bahkan akan
merasa senang jika dapat menyelesaikan tepat waktu, dia mempunyai target dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga selalu memprioritaskan pekerjaan mana
yang perlu diselesaikan terlebih dahulu.
Kesimpulan
Dispilin merupakan
suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan
kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan
yang telah ditetapkannya. Jadi yang dimaksud disiplin kerja adalah suatu alat
yang digunakan para manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meingkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma social yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan
dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil yang baik, maka
organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuanya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa
kedisplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai
sehingga perlu adanya fungsi disiplin kerja yang diantaranya menata kehidupan
bersama,
membangun kepribadian,
melatih kepribadian, pemaksaan, hukuman dan menciptakan. Untuk mengkondisikan
karyawan agar senantiasa bersikap disiplin, maka terdapat beberapa prinsip
kedisplinan diantaranya pendisiplinan dilakukan secara pribadi, bersifat
membangun, pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dan keadilan
dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Macam-macam disiplin kerja yaitu
disiplin diri, kelompok, preventif, korektif dan progresif. Ada beberapa
pendekatan disiplin kerja diantaranya pendekatan disiplin modern, dengan
tradisi dan dengan tujuan. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
kerja yaitu faktor kepribadian dan
lingkungan. Sedangkan yang terakhir adalah indikator disiplin kerja yang
terdiri dari tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan dan
pengawasan melekat (Waskat).
DAFTAR
RUJUKAN
Mapparenta.
2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan,
Pelatihan dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Sekretariat
Daerah Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Maluku: Pusat
Penerbitan dan Publikasi Ilmiah FE-UMI, (online), (http://www.google.com),
diakses 4 November 2012.
Moekijat. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Dan Hubungan Kerja. Bandung: CV Pionir Jaya
Nelson Bob. 2003. 1001 Cara
Memberdayakan Karyawan. Jakarta: Jakarta Indonesia
S.
Ruky, Achmad. 2003. SDM Berkualitas
Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukamti,
Umi. 1989. Management Personalia/Sumber
Daya Manusia. Jakarta:DEPDIKBUD Jakarta
Winardi. 2002. Motivasi
Dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
mbak, kalo buku prijodarminto tentang sdm itu judulnya apa mbak?
BalasHapustolong bantuannya,,
Thanks sai......sangat membantu tugas kuliahku
BalasHapustolong infonya dong, nama buku serta penerbit dari dede hasan
BalasHapusTlong kak ksih tau saya jdul bku Dede hasan Dan pnerbitnya.
BalasHapusthank you
BalasHapustolong info dong ttg buku dede hasan..?
BalasHapusKasih info donk buku ttg dede hasan, mkasi..
BalasHapusTerimaksih ikut manfaati tulisanya semoga berkah
BalasHapusKak cara membuat gambar konsep fungsi-fungsi disiplin kek mna kak
BalasHapusMbak kutipan tentang disiplin diri, disiplin kelompok , korektif, progresif yg mbak kutip ini di kemukakan oleh siapa yah .... buthh infonya mbak makasih
BalasHapusmari semua diisiplin.
BalasHapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih atas ilmunya.
BalasHapussangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang managemen SDM.